Renungan Bagi Para Suami.. Istri Kita Lah Yang Bangun Paling Pagi Dan Tidur Sampai Larut Malam
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim
.. Pernahkah kita menyadari, bahwa istrilah yang bangun lebih pagi,
karena harus menyiapkan sarapan untuk keluarga. Sehingga pada saat suami
bangun pagi, makanan sudah tersedia. Bahkan istri cukup repot mengurus
anak-anak yang harus berangkat ke sekolah. Setelah suami berangkat
kerja, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, istri harus mencuci
pakaian, belanja, dan memasak untuk makan siang.
Lewat
tengah hari memberi makan anak-anak, membimbingnya untuk tidur siang,
lalu bersih-bersih, dn menyiapkan anak-anak berangkat mengaji, kemudian
menyiapkan makan malam, bersih-bersih diri karena sebentar lagi suami
pulang dari kantor. Malam menemani anak-anak belajar, lalu ketika
anak-anak mulai berangkat tidur, melayani suami sebagai tugas mulia.
Sampai
suami tertidur pulas dan mendengkur, barulah istri merebahkan badannya
perlahan-lahan dan memejamkan mata. Untuk kemudian bangun pagi-pagi
sekali sebelum suami dan anak-anak terbangun. Begitulah rutinitas
kehidupan seorang istri dalam rumah tangga. Apakah istri tidak layak
mendapat penghormatan besar dari suami, terhadap jasanya yang tidak
merasa lelah mengurus anak-anak dan keluarga?
Jika
anggota keluarga sakit, roda kehidupan rumah tangga harus tetap
berjalan, sehingga istri harus pontang panting menghadapi semuanya.
Kalau suami sakit, segala kehidupan rumah tangga juga harus tetap
berjalan. Bila istri yang sakit, bisa dipastikan aktivitas rumah tangga
akan tersendat. Begitu besarnya peranan istri dalam rumah tangga,
sehingga seakan-akan tidak boleh sakit. Selain itu, diantara tugas-tugas
rutin menyita waktu yang penuh, istri juga harus tampil tetap cantik,
kelihatan segar di mata suaminya.
Apabila
kesibukan rumah tangga membuat penampilan jadi kedodoran, tidak
bergairah, kuyu dan keletihan, banyak mengeluh, akan membuat pandangan
suami menjadi negatif. Kehidupan rumah tangga yang dihadapi seorang
istri, akan jauh berbeda dengan ketika pertama kali memasuki kamar
pengantin, penuh kemesraaan, dan segalanya hanya untuk berdua,
Semakin
hari, perubahan bulan dan tahun, setelah hadir anak-anak, aktivitas
istri semakin terus bertambah. Namun, banyak suami tidak sedikitpun
melirik, dan menyadari peranan istri yang begitu besar dalam rumah
tangga, ketika menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga. Malah ada
suami yang menggerutu ketika melihat istrinya tidak dapat tampil cantik
dan segar, hanya karena tuntutan kesibukan sehari-hari yang mendera
hidupnya. Sebenarnya sebagai seorang suami dapat merasakan keberadaan
seorang istri dalam rumah tangga dengan rasa kemanusiaan.
Betapa
besar dan repotnya tugas istri dalam rumah tangga, ini yang sebaiknya
disadari suami, lalu menjalin saling pengertian dan penuh perhatian
dengan usaha dan cara-cara yang tepat, agar beban rumah tangga itu tidak
terasa berat. Perhatian suami terhadap istrinya yang sudah bekerja
keras untuk keluarganya itu dapat merupakan cermin memiliki kehendak
yang searah, sama-sama menginginkan kebaikan dan keindahan rumah tangga,
menginginkan kemuliaan dan keselamatan dunia akhirat.
Kalau
diawal pernikahan, pandangan suami terhadap istrinya adalah
kecantikannnya, pada perjalanan berikutnya ialah, pandangan suami
terhadap penghargaan kerja keras istri, ketulusannya mengurus keluarga,
keramahtamahan, dan kehangatan yang di tengah kesibukannya mengurus
keluarga tetap senatiasa terpancar untuk kenikmatan dirinya.
Hati
suami sesungguhnya juga cermin, apakah ia memiliki rasa terima kasih
terhadap kerja keras istrinya, atau mengabaikannnya, bahkan mencelanya
setelah kondisinya yang keletihan dan tidak bersemangat. Keadaan lesu
sang istri yang keletihan karena kerja keras setiap harinya itu,
terkadang malah dijadikan alasan-alasan suami untuk berniat melirik
wanita lain yang lebih muda, bergairah, dan cantik. Dari sinilah sering
awal keindahan rumah tangga mulai memudar.
Artinya,
pengertian suami sangat diperlukan, kapan saat membutuhkan penampilan
istri cantik, segar dan prima. Apabila istri tidak dapat bersikap
seperti yang dikehendaki, karena dalam kesibukan mengurus anak yang
rewel, dan rumah senantiasa berantakan oleh tingkah laku anak, kata
Ruqayyah Warsi Magsood; “Akuilah kerja keras dan pengorbanan mereka,
nyatakan kebutuhan Anda dengan kehormatan.”
Perlu diingat, seorang wanita yang mau dilamar menjadi seorang istri dari seorang laki-laki dan bersedia
meninggalkan
rumah orang tuanya, karena menginginkan suami dapat melindunginya,
menghormatinya, yang mencumbuinya, suami memberi waktu untuknya,
sehingga waktu tidak hanya untuk pekerjaan rumah dan mengurus anak-anak
saja.
Suami
harus mencontoh kehidupan Rasulullah SAW sebagai pemimpin pertempuran
dimana-mana, tetapi ketika bersama istri-istrinya senantiasa memberikan
kasih sayang dan kedamaian, tidak membebani istri, berusaha meringankan
tugas-tugas istri, dan selalu menghindari kata-kata kasar dan
menyakitkan. Sabda Rasulullah Saw : ”Orang yang paling baik diantara
kalian adalah yang paling baik kepada istrinya, dan aku adalah yang
paling baik kepada istriku”.
Suatu
hal yang harus diketahui suami, bahwa hadiah termahal yang diberikan
suami kepada istrinya dan anak-anaknya adalah berdialog, berkomunikasi,
menyediakan kesempatan dan waktu untuk dapat bercanda. Apabila kita
lihat kehidupan
rumah
tangga Rasulullah SAW bersama para istrinya, maka kehidupannya
merupakan contoh bagaimana canda tawa, cumbu rayu, kemesraan, sanjungan,
keakraban selalu menghiasi dengan pujian-pujian.
Jika
suami telah menutup mata dengan hal-hal yang baik seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW itu, berarti hatinya sudah terhimpit batu
keras, sehingga perilaku seperti batu. Sementara kita hidup dengan ruh,
bukan jasad saja, bagaikan batu. Kita bukan seperti batu yang tidak
punya ruh.
Kita
memiliki kehangatan yang selalu diiringi senyuman, sapaan manis yang
dapat menghilangkan beban kelelahan fisik istri yang telah bekerja keras
dari pagi buta hingga larut malam, sehingga hatinya menjdai berbunga
dengan pujian. Mengapa tidak bercermin pada rumah tangga Rasulullah SAW,
yang pantas dijadikan teladan?
Firman
Allah SWT : “Sesunggunya telah ada pada Rasulullah (Muhammad SAW)
teladan yang baik bagi siapa yang mengharap (anugrah) Allah dan
(ganjaran di) Hari Kemudian, serta banyak menyebut nama Allah” (Q.S
AL-Ahzab :21)
Pujian
memang sangat disenangi wanita dan dapat membesarkan hatinya sesuai
dengan fitrahnya menyenangi hiasan dan pujian. Bagi seorang istri,
pujian adalah dasar yang kuat menjadi pondasi hubungan rasa cinta, kasih
sayang, produktivitas dan pembinaan. Pujian akan menciptakan suasana
yang kondusif untuk menguatkan hubungan-hubungan itu agar menghasilkan
sesuatu yang diharapkan, yaitu kebaikan rumah tangga.
Pujian
bagi istri adalah hal yang paling berharga lebih dari perhiasan yang
mahal dan baju baru yang indah, karena perasaan dicintai akan muncul
dari pujian itu, dan merupakan semangat bagi jiwa, tak ubahnya makanan
vitamin bagi tubuh yang lelah. Berterima kasihlah kepada istri yang
dengan tangannya, kesungguhannya, ketulusannnya telah menyediakan
waktunya untuk menyiapkan segala kebutuhan rumah tangga.
Ucapkanlah
selamat dan terima kasih atas pelayanan dan kebersamaannya dengan kita,
kesanggupannya menjaga rumah dan anak-anak dengan baik. Katakan semua
itu dengan jujur dan penuh mesra, itu sudah membuatnya bahagia dan
menanamkan kasih sayang di hati istri kita.
Bila
hati istri senang, ia akan lebih hangat melayani suami dan hidup
menjadi tentram dan tenang. Rasulullah AW bersabda : ”Orang mukmin yang
paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya, dan manusia
terbaik diantara kalian adalah yang tebaik kepada istri-istrinya”.
Kebersamaan
suami istri dalam rumah tangga adalah diwarnai saling menghormati.
Terutama suami memberi penghormatan yang tinggi terhadap kerja keras
istri shalehah, yang dirangkum dalam kecintaan yang suci dan setia
kepada pasangannya, yang telah menjalankan tugas dan kewajibannya dengan
baik.
Kehidupan
suami istri yang baik saling pengertian, dan mau berterima kasih,
sehingga akan menjadikan rumah tangga kompak dan istimewa. Masing-masing
suami istri menjalankan kewajiban, tugas dan haknya, menuju ke arah
membangun rumah tangga bahagia. Dan bagi suami tidak akan mendatangkan
bahaya jika berterima kasih kepada istrinya yang telah bangun lebih
pagi, dan tidur larut malam saat semua keluarga sudah terlelap, lalu
sehari-hari waktunya penuh mengabdi kepada kepentingan rumah tangga.
Disadari
atau tidak, pekerjaan para istri lebih banyak daripada suami. Dari pagi
sampai malam hari, pekerjaan mereka seolah tidak ada hentinya. Mulai
dari mengurus anak-anak, melayani keperluan dan kebutuhan suami, hingga
mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya. Itulah sebabnya, seorang
suami harus menghargai jerih payah istrinya. Diantaranya :
1. Memberikan pujian atas semua pekerjaanya dan tidak melecehkan kelemahannya ..
2. Memberi dukungan moral dan bantuan tenaga untuk meringankan beban tugas dan perannya ..
3. Jika memungkinkan, penuhi segala keperluan yang dapat memudahkan tugas-tugasnya itu ..
4.
Memberikan hadiah tertentu yang dapat menyenangkan hatinya. Tentu bukan
mahalnya yang jadi prioritas, tetapi bentuk kesungguhan perhatian yang
lebih utama ..
insya
Allah kehidupan rumah tangga kita akan bahagia setiap waktu dan dalam
naungan ridha Allah .. Sadarilah itu wahai para suami ..
sumber : berita7update.blogspot.co.id
0 Response to "Renungan Bagi Para Suami.. Istri Kita Lah Yang Bangun Paling Pagi Dan Tidur Sampai Larut Malam"
Posting Komentar